Pemulung Yang Mulia
Jalanan adalah salah satu area orang-orang sabar. Disana terdapat keringat-keringat asem. Namun pemilik keringat tersebut adalah golongan orang-orang yang baik. Sebagaimana pemulung. Mereka berjuang mencari nafkah yang mulia itu, demi menyambung hidup dalam ketentuanNya.
Setiap keringat yang jatuh mereka usap pula dengan sebuah kain, bahkan dengan tangan. Mereka adalah orang-orang yang berjiwa besar. Demi sesuap nasi mereka harus berhadapan dengan sang mentari. Mau tidak mau mereka terima dengan "suka rela".
Lebih dari itu, mereka pun harus berhadapan dengan debu-debu yang berhamburan. Yang konon, kata orang-orang modern dianggap sebagai dzat yang dapat mengakibatkan penyakit. Termasuk penyakit kulit. Padahal bagi mereka (pemulung), itu bukanlah sebuah masalah, akan tetapi pada dasarnya niat mereka itu bukan untuk debu melainkan mencari nafkah untuk anak dan istrinya di rumah.
Mereka berjuang dari satu tempat ke tempat lainnya. Mengkorek-korek setiap kumpulan sampah di beberapa tempat. Satu demi satu mereka kumpulkan. Meskipun disekitarnya terdapat kotoran-kotoran yang cukup dengan tanda kutip 'menjijikan'. Akan tetapi, bagi mereka bukanlah masalah, melainkan sebuah keharusan.
Mereka adalah orang-orang ridho. Dengan kata lain, orang-orang yang hidup dengan apa adanya. Dalam konteks ini. Yakni, menjalani apa yang sudah menjadi keharusan bagi mereka-- Merekalah yang semestinya mendapat gelar orang-orang yang hidup dengan "Apa Adanya".
Sungguh luar biasa!! Dalam kehidupannya walau serba kekurangan dari sisi ekonomi. Akan tetapi, mereka hidup berbahagia dengan keluarganya. Ketika, barang-barang bekas yang sudah mereka kumpulkan. Lalu mereka menjualnya, dan hasilnya mereka belanjakan. Itupun hanya sekedar beras dan lauk pauk. Tapi, bagi mereka itu cukup. Masya Allah! Mungkinkah mereka adalah wali-wali Mu ya Rabb Tuhan Sang Penguasa Alam.
Wahai Tuhanku, Sang Pencipta Alam Jagat Raya Dan Seisinya bumi. Kami berdoa kepadaMu Tuhan dengan berwasilah melalui kemuliaan para pemulung-pemulung itu.
Jadikanlah kesusahan para pemulung-pemulung itu adalah kebahagiaannya kelak. Jangan jadikan kesusahan mereka itu menjadi azab bagi kami dan bagi orang-orang kaya yang kaku;
--Jadikanlah kesusahan mereka adalah keberuntungan bagi kami. Yakni, kesejahteraan bagi hidup kami sehingga kami bisa membantu mereka (pemulung) itu;
--KepadaMu lah kami meminta kesejahteraaan itu dan hanya padaMulah kesejahteraan itu kembali. Sesungguhnya Engkau adalah dzat Yang Maha Mensejahterakan. Maka berikanlah kesejahteraan itu bagi kami. Amiin
Oleh: Elang
Kamis, 29-Januari-2015
Sendang, 13:17
Foto: Momen ketika perjalanan menuju ponpes Buntet--Ziarah ke makam KH. Abas Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.