Rabu, 23 Juli 2014

Mengamati Kehidupan

Mengamati Kehidupan

Ellangbass, Berbicara mengenai kehidupan, bisa dikatakan sulit, bisa juga mudah "penggambarannya." Kehidupan manusia sangat 'bervariasi.' Apalagi Kehidupan dalam tiap-tiap "individual" memiliki banyak perbedaan. Karena setiap orang sifatnya tidak sama, begitupun juga sikapnya tidak sama. Ada juga yang lainnya, seperti ketidak samanya dalam hal prinsip, pendirian, dan sebagainya.

Kehidupan itu layaknya seperti "lift." Lift umumnya digunakan di "gedung-gedung" bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Lift itu tidak mungkin akan terus berjalan "meninggi" terus, karena bila hanya meninggi, maka otomatis "tingginya gedung" tidak ada ukurannya. Sementara bilamana "Lift" tersebut hanya berjalan ke "bawah," maka otomatis gedung tersebut harus menyiapkan lantai bawah hingga masuk ke dalam bumi. Oleh karenanya: "lift gedung tersebut berjalan ke atas, dan juga berjalan ke bawah. kesimpulannya sifatnya "lift tidak tetap."

Untuk mendefinisikan "kehidupan" dalam istilah yang tegas masih merupakan tantangan bagi para ilmuwan dan filsuf. Sementara mendefinisikan "kehidupan" adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses, bukan substansi murni. Sedangkan "definisi" apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh kehidupan yang dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum, sehingga, dengan itu, ilmuwan tidak akan melewatkan "kehidupan" yang mungkin secara mendasar berbeda dari kehidupan di bumi.

Perlu diketahui; "Kehidupan sifatnya tidaklah kekal, dan juga tidak abadi, tetapi bukan berarti manusia tidak diciptakan kekal, dan abadi. Karena, setelah manusia yang telah mati, bukan berarti tidak ada kehidupan lagi: Kehidupan sifatnya yang tidak kekal, dan abadi itu, berdasarkan dalam hal "kondisi yang tidak tetap." Seperti yang diketahui, yang dimana seseorang pernah mengalami peristiwa yang bahagia, peristiwa yang sedih, peristiwa yang duka, dan sebagainya. Dari sudut "keadaan-keadaan" tersebut begitu terlihat jelas, bahwa sifat "kehidupan berubah ubah (tidak kekal, dan abadi)."

Selain itu, "Manusia yang baru lahir, ia di sebut seorang bayi, kemudian balita, anak-anak, remaja, lalu beranjak dewasa, yang nantinya akan menjadi seorang Tua, kemudian ia mati (pada waktu yang telah di tentukan). Maka penggambaran tersebut, menunjukkan bahwa sifat kehidupan memang tidak tetap."

Dalam pandangan Islam manusia diciptakan kekal. Karena setelah ia menjalani kehidupannya di alam dunia, ia akan berpindah ke alam kubur, dan seterunya. Hal itu juga merupakan bahwa "kehidupan" itu berubah ubah atau yang sifatnya tidak tetap. Adapun yang tidak "kekal," tadi! Bahwa manusia yang hidup di dunia akan merasakan mati (meninggal dunia).

Manusia yang telah mati, bukan berarti: "Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing atau belatung, lalu kembali menjadi tanah, serta namanya sudah hampir dilupakan orang. Namun tidak semua orang yang telah mati akan mengalami keadaan atau hal tersebut."

Allah SWT berfirman dalam Surah al-Imron ayat: 169: "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki." kemudian biasanya orang yang telah mati dilupakan namanya. Namun hambah-Nya yang paling mulia hatinya, sebagaimana Rasulallah SAW, yang sudah 15-abad yang lalu meninggalkan umat, namun namanya masih ada (disebut sebut) hingga sekarang. Begitu pula seperti walisongo, dan wali wali yang lainnya. Hal yang demikian juga merupakan suatu kebenaran bahwa manusia diciptakan kekal oleh-Nya, sehingga nama-namanya masih di sebut sebut.

Namun yang tidak kekal itu, sifatnya dalam suatu kondisi, keadaan, peristiwa, dan sebagainya. Apalagi terkadang sifat seseorang itu "berubah ubah" dalam setiap waktunya. Misalnya; "Hari ini ia bisa, hari esok ia belum tentu bisa." Ada juga dalam hal mengenai sifat. "Hari ini ia jahat, hari esok ia bisa saja berubah menjadi seorang yang baik." lain halnya wali wali Allah yang selalu takut kepada Tuhan-Nya. Dan tidak mungkin seorang yang sudah menjadi wali-Nya, berubah menjadi seorang yang jahat, hingga akhir hayatnya. Karena belum ada sejarah yang mencatat hal tersebut.

Mengenai kehidupan juga layaknya, seperti matahari. "Matahari tidak akan selalu terang benderang, karena terkadang penyinarannya dihalangi oleh awan awan gelap (mendung). Apalagi ia (matahari) akan terbenam, kemudian alam ini menjadi gelap (malam). Begitupun manusia, ia akan mengalami tidur, kemudian ia akan bangun dari tidurnya."

Ada hal yang lain dalam konteks kehidupan manusia, yang dimana awal pendidikannya; khususnya dipendidikan formal, dari mulai "TK-SD-SMA/SMK, hingga beranjak ke perguruan tinggi." kondisi yang demikian otomatis materi pelajarannya akan berubah ubah atau tidaklah sama.

Sementara dalam kondisi kehidupan manusia layaknya seperti Roda Kendaraan, yang ia (Roda) tidak selalu "berjalan," akan tetapi ia juga akan "berhenti." Begitu pula manusia, ia tidak selalu "bekerja," tetapi ia juga memerlukan "Istirahat."

Ilustrasi/Penulis: Elang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.